APA ITU NAMANYA "PANTING" ALAT MUSIK
Dentingan
“Panting”, keprakan “Babun”, sayatan biola, tiupan suling, dan pukulan gong
yang dimainkan bersamaan, menjadi sebuah harmonisasi musik yang sangat nikmat
untuk didengarkan. Irama melayunya tanpa sadar membuat badan bergoyang.
Menurut
kepercayaan masyarakat pembuat “Panting”, “Panting” akan mempunyai daya tarik
yang hebat apabila ia diberi azimat. Karena itu, pada masa lalu, pembuat
“Panting” selalu memasukkan sesuatu ke dalam perut “Panting” sebelum “Panting”
diselesaikan.
Azimat-azimat
tersebut antara lain tambang lirang, yaitu semacam guna-guna. Menurut
kepercayaan para pembuat “Panting”, Tambang Lirang dapat membuat penggemar dan
penonton jadi tergila-gila terhadap musik “Panting”. Sehingga, mereka selalu
ingin menontong pertunjukan musik “Panting”. Tambang Lirang menumbuhkan
kerinduan penonton terhadap bunyi yang didengarnya sangat merdu.
Azimat
lainnya adalah Bunga Kenanga. Dalam hal ini, bunga kenanga dimaksudkan agar
penonton menyukai musik “Panting” dan merasa rindu dendam manakala tidak
mendengar “Panting” di sentil orang.
Selain
itu, ada pula Sumbaga yang bertujuan agar penonton terpesona terhadap gelaran
bunyi “Panting”, serta tulisan tertentu yang bertujuan agar penonton terpukau
mendengar bunyi “Panting”.
Di
kalangan Pemantingan dikenal pula adanya datu-datu pemelihara “Panting”.
Menurut kepercayaan, datu itu biasa memberikan bobot bunyi yang sangat merdu.
Beberapa datu yang paling dikenal adalah Datu Lampai, Datu Bangkala, Datu
Kalambahai, Datu Kundarai, Datu Ujung, dan Datu Lampai Sari yang merupakan
satu-satunya datu perempuan.
Di
masa dulu, jika “Panting” mau dimainkan di tengah banyak orang, terlebih dahulu
di panggil datu-datu tersebut dengan cara membakar kemenyan dan meletakkan
“Panting” di atas asap kemenyan tersebut.
Dalam
hal bentuk, “Panting” mempunyai perbedaan-perbedaan. Karena adanya perbedaan tersebut, maka muncullah
nama-nama “Panting”. Beberapa nama yang sempat diinventarisir adalah Lalai
Gajah, Putri Kurung, Putri Manjanguk, Mayang Bungkus atau Mayang Marakai, Sari
Dewi, dan Si Runtuh Palatar.